Jumat, 07 Januari 2011

MASTER FROM MINDER

Keminderan dirasakan saya semasa Sekolah Dasar hingga beranjak di bangku kelas 1 SMP. Ketika itu saya terlihat cupu, badan kecil, kulit hitam, tidak tahu apa-apa. Sewaktu di kelas 6 SD ada seorang perempuan yang memberikan saya sebatang coklat di depan sekolah, ketika itu keadaan ramai sekali, bertepatan dengan jam pulang sekolah. Saya yang minder dan cupu, kemudian coklat itu saya buang, karena saya tidak tahu maksudnya apa, lalu saya lari sekencang-kencangnya ke dalam sekolah, saya merasa takut sekali pada saat itu. Setelah keadaan sepi, saya langsung naik angkot dan pulang ke rumah. Pada saat itu saya tidak tahu kalau itu adalah hari valentine dan perempuan itu suka pada saya. Keminderan membuat saya tidak tahu apa-apa tentang segalanya, ketika itu kegiatan sehari-hari saya hanya sekolah, pulang ke rumah dan bermain di rumah, itu membuat saya tertutup dari orang lain.
Setelah masuk di SMP Negeri 5 Cirebon, perlahan-lahan perubahan mulai saya rasakan. Awal perjalanan kisah nyata seseorang ketika kita merasakan yang namanya perjuangan dalam hidup, menantang kegagalan dan mencapai kesuksesan. Saya memberanikan diri untuk mengikuti ekstrakulikuler basket di SMP, sebenarnya itu hanya ikut-ikutan saja karena teman-teman satu komplek rumah juga mengikuti basket, namun malah tinggal saya diri yang masih aktif dalam basket, hingga sekarang setelah saya dewasa. Setelah saya berlatih lebih dari satu tahun, kemudian saya diikutkan dalam Pekan Olahraga Pelajar Kota (POPKota) oleh pelatih saya, namun ada kakak kelas saya yang sudah kelas III SMP sebut saja Adit, dia baru berlatih kurang dari satu bulan tetapi sudah diikutkan dalam POPKota, dan dia juga sebenarnya tidak mengerti sama sekali tentang permainan basket. Pelatih memasukkan daftar 15 pemain, seharusnya hanya 12 pemain yang diikutkan. Setelah POPKota dimulai, singkat cerita, tim saya masuk final. Final pun dimulai, dalam pertandingan Adit tidak dimainkan sama sekali oleh pelatih. Akhirnya kami kalah dan hanya mendapatkan juara 2. Pembagian medali sebagai hadiah dilaksanakan setelah pertandingan, para pemain diwajibkan baris berurutan. Pelatih basket memanggil saya dan mengatakan “Cahyo, medali kamu buat Adit saja, karena medali hanya 12 buah, kamu masih bisa dapat tahun depan.” Ketika itu saya kecewa dan menangis karena sudah berlatih lama dibandingkan Adit, setelah pembagian medali kami berkumpul di sekolah, saya pun masih menangis. Saya sempat berfikir untuk berhenti bermain basket, namun kakak kelas saya yang bernama Faisal biasa dipanggil Icang mensupport saya untuk tidak putus asa dan terus berjuang, saya pun menangis di pundak dia. Setelah beberapa hari saya menjadi dekat dengan Ical, saya pun sering dilatih khusus oleh dia. Saya disuruh ikut latihan tim kota Cirebon oleh dia, motivasi saya mulai meningkat, hingga saya bersahabat dengan Adri teman satu angkatan saya namun dia sudah lama latihan dengan tim Cirebon dan Fahri teman baru saya karena dia baru pindah ke sekolah saya, Fahri juga satu angkatan dengan saya. Kami bertiga sering berlatih bersama, hingga teman-teman yang lain memanggil kami “trio gor” di sekolah kami. Pengalaman sedih masa lalu pun sudah saya lupakan ketika saya masuk dan bergabung dengan tim kota Cirebon, kebanggan saya mulai tumbuh ketika saya terpilih dalam 12 pemain terbaik kota Cirebon dan mengikuti perlombaan basket di kota Bandung pada Scorpio CUP, dan tim Cirebon mendapatkan juara 2, kejuaraan itu terjadi pada saat saya kelas III SMP. Perjuangan keras saya pun akhirnya membuahkan hasil. Semenjak itu saya mulai percaya diri dan tidak putus asa lagi. Setelah masuk SMA saya langsung terpilih 10 pemain POPKota walaupun saya masih kelas I SMA.

Butuh waktu untuk kita mencapai apa yang ingin kita capai, tidak hanya sekejap mata. Semua butuh proses dan yang paling utama adalah perjuangan dalam menghadapi setiap kegagalan, serta berani melawan keminderan dalam diri kita. Dalam buku MASTER FROM MINDER karangan Pariman Siregar mengungkapkan kesalahan seseorang terhenti pada satu kejadian dan tidak berubah adalah meyakini bahwa pola-pola yang dulu digunakan masih efektif untuk menyelasaikan permasalahan-permasalahan yang sekarang terjadi, secara tidak sadar banyak yang merasa telah bertindak benar dengan cara menyalahkan keadaan dan bernostalgia dengan masa keberhasilan di masa lalu. Malulah kita dengan ALLAH Swt jika masih saja mengeluhkan keadaan. Padahal, betapa banyak potensi dalam diri kita yang makhluk lain tidak memilikinya.
Semangat dalam meraih cita-cita terkadang turun dan terkadang naik, hanya kita yang tahu bagaimana meningkatkan semangat tersebut. Menjelang penerimaan mahasiswa baru, banyak para pelajar ingin berkuliah di unversitas negeri sehingga mereka mencoba semua tes yang dilakukan oleh beberapa unversitas, yang hanya membuang-buang uang saja jika tidak diterima. Ketika saya tanya, mau ikut tes unversitas apa saja? Mereka rata-rata menjawab ingin mencoba semua, jadi dapat disimpulkan mereka mengikuti tes hanya coba-coba tetapi tidak mau berusaha. Mereka tidak yakin pada kemampuan yang mereka miliki atau tidak yakin pada hati kecil mereka bahwa mereka bisa. Ketika kita mengalami kebingungan, biasanya perkataan hati kecil (feeling) yang kita ikuti dan rata-rata hati kecil kita benar. Sering kita mengatakan “coba tadi milih ini, benar kata hati kecil”. Saya pernah mengalami kejadian ketika saya ingin bertemu dengan sang pujaan hati, saya memilih-milih pakaian agar ketika nanti bertemu kita menggunakan pakaian yang berwarna sama. Sebelum saya membuka lemari hati kecil saya mengatakan menggunakan baju warna biru dan berharap sang pujaan hati pun menggunakan baju warna biru. Namun setelah saya membuka lemari, pikiran saya berubah dan berfikir biasanya dia menggunakan baju warna apa? Akhirnya saya berganti menggunakan baju warna merah, dan ketika saya bertemu dengan sang pujaan hati ternyata dia menggunakan baju warna biru yang sesuai dengan hati kecil saya. Mungkin itu hanya sugesti dari pikiran kita, tetapi terkadang itu benar dan nyata terjadi.
Feeling hanya keputusan terakhir ketika menghadapi kebingungan dan terdesak dalam keadaan. Keputusan terbesar adalah pada usaha dan kesiapan kita dalam menghadapi ujian yang datang. Dosen sering memberikan kuis atau ulangan dadakan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu, tujuan dosen sebenarnya baik agar mahasiswa selalu belajar dan siap dalam menghadapi ujian. Namun namanya mahasiswa pasti ada saja alasannya, banyak tugaslah, sibuk organisassi, macam-macam alasannya, tetapi ada juga mahasiswa yang selalu siap dalam menghadapi ujian kapan pun itu, karena dia bisa membuat mind set yang teratur dalam kehidupannya.
Setiap hambatan dalam setiap kejadian adalah pengalaman berharga dalam hidup kita. Wakil ketua OSIS saya jabat ketika di SMA namun awalnya saya merasa berat menjabatnya, saya hanya optimis saja dalam celaan atau pujian yang diberikan dan belajar dari kejadian yang saya alami. Sebuah event basket ingin sekali saya gelar, bergabung dengan Pensi SMA, sebenarnya dulu event basket pernah di gelar oleh alumni-alumni angkatan terdahulu namun tidak berlanjut, oleh karena itu saya ingin melanjutkannya lagi. Saya menjadi panitia dan memegang event basket, saya belum ada pengalaman sama sekali untuk menggelar sebuah kegiatan besar hanya bimbingan dari pelatih basket saya saja, saya pertama sangat pesimis karena kurangnya dukungan dan peserta yang mendaftar, terutama kurangnya biaya yang sangat besar. Mungkin panitia yang lain tidak mengetahui permasalahan inti dari event tersebut karena saya tidak menceritakannya agar panitia yang lain setuju dengan usulan saya, agar event tidak batal. Masalah pun datang, sedikitnya peserta SMP Putra Putri dan SMA Putri, dan sponsor yang minim. Ketua pelaksana mengatakan “jika pesertanya tidak mencukupi maka event harus dibatalkan” sedangkan saya ingin sekali menggelarnya. Saya memutar otak bagaimana caranya agar terlaksana? Setiap hari saya sms pelatih basket atau pemain basket dari SMA-SMA se-Wilayah III Kota Cirebon, untuk berpartisipasi dalam event basket tersebut. Seminggu menjelang pelaksanaan peserta masih minimum, dana baru sedikit sekali terkumpul, panitia hancur berantakan. Saya benar-benar stres, sudah sering meninggalkan pelajaran hanya untuk event ini, terpaan orang tua pun sering menghampiri. Akhirnya saya datangi sekolah-sekolah dengan membawa formulir pendaftaran agar mereka mengikuti event tersebut. Banyak sekolah yang menolak dengan alasan timnya belum siap, ada juga yang menerima. Apapun dilakukan hingga mencari dana sampai larut malam dan besok pagi-pagi kembali bersekolah. Peserta akhirnya cukup dan dana masih kurang walupun tidak begitu banyak. Event basket pun bisa berjalan dengan nama “SMANSA CUP”, masalah masih tetap ada. Setelah SMANSA CUP selesai, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Keberhasilan yang kita dapatkan merupakan pengorbanan dari sebagian kecil kegagalan yang kita alami. Jangan berhenti pada satu titik, berinjaklah dari satu titik ke titik yang lain.
Minder didasari oleh keterbatasan, keterbatasan yang sering terjadi adalah lupa. Hari Jumat tiba, sebelum salat Jumat saya merencanakan ketika setelah salat Jumat saya akan mencucikan motor. Adzan berkumandang, saya segera pergi ke masjid, tersirat dalam pikiran untuk membawa uang amal, namun tidak terlaksana. Saya Jumatan membawa motor, Jumatan pun selesai saya langsung pergi ke tempat cucian motor untuk mencucikan motor, motor pun di cuci, saya pun duduk di warung. Beberapa saat kemudian, saya kaget bahwa saya tidak membawa uang sepeser pun, saya kebingungan. Saya berkali-kali menelpon teman saya, namun tidak diangkat. Saya pun berkata kepada mas-mas pencuci motor “mas, saya ga bawa uang, nanti saya ke sini lagi ya mas?” Saya langsung pulang dan kembali ke tempat itu untuk membayar hutang. Kita harus bisa berfikir cepat dalam mengambil keputusan. Berfikir cepat bukan berarti asal-asalan dalm mengambil keputusan, tetapi juga harus memikirkan semua aspek yang ditimbulkan dengan mengambil keputusan tersebut.

1 komentar:

  1. love this ^^
    you threw the chocolate oh my god hhahhaha poor that little girl
    but I hate your junior high school coach, he not suitable to be called coach.

    BalasHapus