Selain harus menghadapi berbagai masalah yang timbul akibat kekurangan gizi, pemerintah kini harus menghadapi masalah gizi baru yang juga mengancam kesehatan masyarakat, yakni obesitas.

"Sekarang kita harus menghadapi beban ganda, tidak hanya kekurangan gizi, tapi juga kelebihan gizi, obesitas," kata Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Budihardja Singgih dalam seminar nasional menyambut Hari Gizi yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa.

Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, terdapat 19,1 persen kasus berat badan lebih atau obesitas pada penduduk berusia di atas 15 tahun.

Angka tersebut melebihi besaran angka kekurangan gizi dan gizi buruk pada anak-anak usia di bawah lima tahun yang menurut data Riskesdas sebesar 18,4 persen.

Lebih lanjut Budihardja menjelaskan, kelebihan berat badan dan obesitas saat ini merupakan salah satu faktor utama yang memicu munculnya berbagai penyakit tidak menular, termasuk hipertensi, stroke dan diabetes mellitus (kencing manis).

Peningkatan kasus-kasus penyakit yang dipicu oleh obesitas tersebut tentunya akan menambah beban pemerintah dan masyarakat.

"Karena itu sekarang kebijakan penanganan masalah gizi disesuaikan dengan transisi epidemiologi tersebut," kata Direktur Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Ina Hernawati.

Menurut Ina, dalam hal ini pemerintah telah menerapkan program khusus untuk menekan angka kelebihan berat badan dan obesitas.

"Programnya lebih diarahkan ke upaya merubah perilaku, membudayakan pola hidup sehat melalui kegiatan promosi kesehatan. Karena masalah ini bisa diatasi dengan pengaturan asupan gizi dan olah raga," katanya.

Pemerintah, kata dia, juga menyiapkan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan serta sistem surveilans kasus obesitas di tingkat akar rumput melalui Posyandu, Puskesmas dan Unit Kesehatan Sekolah.

"Jadi nanti akan lebih banyak layanan konseling masalah berat badan," demikian Ina Hernawati.